Sekian tahun silam saat lulus SMA dan memilih kuliah mengambil program studi Disain Grafis merupakan pilihan yang sangat tdk populer. Saat itu pekerjaan desain dan profesi desainer grafis masih sangat sempit, cuma sekedar tukang bikin baliho, spanduk, stiker atau tukang cetak undangan, dunia advertising juga belum segemerlap sekarang, iklan2 masih sederhana tanpa ada perang dan strategi yang canggih. dan media masa, koran, majalah, tabloid dan stasiun TV masih bisa dihitung dengan jari.
Tapi dalam waktu 10 tahun memasuki milenium baru tahun 2000, dunia grafis berkembang sangat pesat, kemunculan stasiun2 TV, tumbangnya orba diiringi dengan hadirnya ratusan media masa, hadirnya komputer2 canggih, tekhnologi informasi yang tumbuh setiap hari, dan persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat dunia desain grafis tumbuh melampaui nalar dan budaya kita. Sehingga saat ini desain grafis juga memunculkan cabang2 ilmu lain yang lebih spesifik (spesialis), ada digital grafis, animasi, dll.
Dalam bisnis atau industri desain grafis juga mengalami pertumbuhan yg sangat pesat, lahirnya media masa dan stasiun2 tv baru merupakan akibat dari tumbuhnya industri desain, karena saat ini industri apasaja sudah digerakkan oleh kekuatan desain. Semua itu merupakan peluang, seperti kita tahu untuk menjadi bupati saja saat ini perlu ikin materi kampanye dari baliho sampai poster2, disetiap sudut jalan hadir karya2 desain dari baliho sampai papan nama toko, disetiap sudut lapangan olahraga hadir papan2 iklan yang setiap saat bisa berubah, disetiap custom yang dipakai atlet ditempeli logo2 perusahaan, yang harga persentimeternya bisa ratusan milyar, setiap pagi kita nyalakan komputer kita sisuguhi karya2 grafis yang berganti setiap saat, setiap halaman koran dan majalah yang kita baca, setiap kita nonton TV, selalu di cekoki karya2 grafis.
Boleh percaya boleh tidak, tetapi desain grafis telah menguasai kehidupan kita, dan apakah kita jadi obyek grafis atau kita menjadi subyek grafis itu tergantung kemauan kita.
